Sabtu, 22 Oktober 2011

Sejarah Kalimantan Selatan


Kalimantan Selatan adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pulau Kalimantan. Ibu kotanya adalah Banjarmasin.

Provinsi ini mempunyai 11 kabupaten dan 2 kota. DPRD Kalimantan Selatan dengan surat keputusan No. 2 Tahun 1989 tanggal 31 Mei 1989 menetapkan 14 Agustus 1950 sebagai Hari Jadi Provinsi Kalimantan Selatan. Tanggal 14 Agustus 1950 melalui Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 1950, merupakan tanggal dibentuknya sepuluh provinsi, setelah pembubaran Republik Indonesia Serikat (RIS), salah satunya provinsi Kalimantan dengan gubernur Dokter Moerjani. Penduduk Kalimantan Selatan berjumlah 3.545.100 jiwa (2010).

Sejarah

Masa Sebelum Abad ke-9

Gedung Mahligai Pancasila salah satu bangunan dalam kompleks rumah jabatan Gubernur Kalimantan Selatan

8000 SM, migrasi I, manusia ras Austrolomelanesia mendiami gua-gua di pegunungan Meratus. Ras ini melanjutkan migrasi ke pulau Papua dan Australia. Fosilnya ditemukan di Gua Babi di Gunung Batu Buli, Desa Randu, Muara Uya, Tabalong.
2500 SM, migrasi II, yaitu bangsa Melayu Proto dari pulau Formosa (Taiwan) ke pulau Borneo dengan membawa adat ngayau yang menjadi nenek moyang suku Dayak (rumpun Ot Danum).
1500 SM, migrasi bangsa Melayu Deutero ke pulau Borneo.
400, migrasi orang India (Tamil) menyebarkan agama Hindu ke Kalimantan, bersamaan dengan migrasi orang Sumatera yang membawa bahasa Melayu dan mulai tumbuhnya Bahasa Banjar archais.
242 - 1362, berdirinya Kerajaan Tanjungpuri di Tanjung, Tabalong yang didirikan suku Melayu.
600, Suku Dayak Maanyan melakukan migrasi ke pulau Bangka dan selanjutnya ke Madagaskar.

Masa Kerajaan Negara Daha


1025, migrasi suku Melayu dari Kerajaan Sriwijaya akibat serangan tentara Cola Mandala (India).
1355, Empu Jatmika mendirikan pemukiman dan Candi Laras dengan pondasi tiang pancang ulin yang disebut kalang-sunduk di wilayah rawa daerah aliran sungai Amas dan menobatkan dirinya sebagai raja Kerajaan Negara Dipa.
1355, Empu Jatmika menaklukan penduduk asli wilayah Banua Lima yaitu lima daerah aliran sungai (DAS), yaitu Batang Alai, Tabalong, Balangan, Pitap dan Amandit serta daerah perbukitan (Bukit), selanjutnya mendirikan Candi Agung di Amuntai Tengah, Hulu Sungai Utara.
1360, Lambung Mangkurat, Patih Kerajaan Negara Dipa berangkat ke Majapahit untuk melamar Raden Putra, sebagai calon suami Putri Junjung Buih.
1362, Wilayah Barito, Tabalong dan Sawuku menjadi daerah taklukan Kerajaan Majapahit. Hancurnya Kerajaan Nan Sarunai, kerajaan Suku Dayak Maanyan karena serangan Majapahit. Pangeran Suryanata dari Majapahit berhasil menjadi raja Negara Dipa.
1362–1448, berdirinya Kerajaan Negara Dipa dibawah Maharaja Suryanata.
1385–1421, masa pemerintahan Pangeran Surya Gangga Wangsa.
1421–1436, masa pemerintah Raden Carang Lalean.
1436–1448, masa pemerintahan Putri Kalungsu.
1448-1526, masa Kerajaan Negara Daha, Raden Sekar Sungsang dengan gelar Maharaja Sari Kaburungan menjadi Raja pertama.
1448, Bandar Muara Bahan ditetapkan sebagai Bandar kerajaan menggantikan Bandar Muhara Rampiau, ditunjuk Patih Arya Taranggana putera Aria Magatsari memimpin di bandar itu.
1448–1486, masa pemerintahan Raden Sekar Sungsang dengan gelar Maharaja Sari Kaburangan.
1486–1515, masa pemerintahan Raden Paksa dengan gelar Maharaja Sukarama.
1511, migrasi suku melayu akibat runtuhnya Kerajaan Malaka diserang Portugis, migrant ini mendiami sepanjang sungai Kuin.
1515, Maharaja Sukarama wafat, diwasiatkan yang menjadi raja adalah Pangeran Samudera.
1515-1519, masa pemerintahan Arya Mangkubumi yang kemudian dibunuh Sa’ban atas suruhan Pangeran Tumanggung. Pangeran Samudra melarikan diri ke hilir Barito.
1518-1521, Pati Unus, Sultan Demak menaklukan kerajaan-kerajaan Kalimantan, seperti Tanjungpura/Sukadana, Lawai dan Sambas sebelum menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1521.
1519–1526, masa pemerintahan Pangeran Tumanggung (Raden Panjang).

Masa Kerajaan Banjar

Tahun 1520-1668
1520, penobatan Raden Samudera oleh Patih Masih sebagai raja di Muara Kuin dengan gelar Pangeran Samudera.
6 September 1526, pertempuran antara Kerajaan Banjar dipimpin Pangeran Samudera dengan Kerajaan Negara Daha dipimpin Pangeran Tumenggung di Jingah Besar, Pangeran Samudra dibantu Kesultanan Demak.
24 September 1526, kemenangan Pangeran Samudra dan pembentukan Kesultanan Banjar, dengan memasukkan Kerajaan Nagara Daha.
1526-1545, masa pemerintahan Pangeran Samudera.
24 September 1526/6 Zulhijjah 932 H, Pangeran Samudera memeluk Islam dengan gelar di dalam khutbah Sultan Suryanullah/Sultan Suriansyah.
1550-1570, masa pemerintahan Sultan Rahmatullah (Raja II) di Banjarmasin
1570-1620, masa pemerintahan Sultan Hidayatullah (Raja III) di Banjarmasin
1520-1620, masa pemerintahan Marhum Panembahan dengan gelar Sultan Musta'inbillah (Raja IV) di Banjarmasin hingga 1612.
1596, Belanda merampas 2 perahu lada dari Banjarmasin yang berdagang di Kesultanan Banten.
14 Februari 1606, Ekspedisi Belanda dipimpin Koopman Gillis Michaelszoon tiba di Banjarmasin, karena perangainya yang buruk Michaelszoon tewas terbunuh.
1612, Belanda membakar Istana Raja (kampung Keraton) di Kuin, sehingga ibukota kerajaan dipindahkan dari Banjarmasin ke Martapura.
1620 – 1637, masa pemerintahan Ratu Agung dengan gelar Sultan Inayatullah (Raja V).
1634, VOC-Belanda mengirim 6 kapal dibawah pimpinan Gijsbert van Londensteijn kemudian ditambah beberapa kapal di bawah pimpinan Antonie Scop dan Steven Batrentz.
29 November 1635, VOC Belanda mendirikan kantor dagang di Banjarmasin di bawah pimpinan Wollebrandt Gelenysen de Jonge.
1637 – 1642, masa pemerintahan Ratu Anom dengan gelar Sultan Saidulllah (Raja VI).
1638, seorang Asisten Belanda terbunuh di Benua Anyar, pertempuran juga menewakan 64 orang bangsa Belanda, selanjutnya 27 orang Martapura terbunuh, dibalas 40 orang Belanda tewas.
1642 – 1660, masa pemerintahan Pangeran Ratu dengan gelar Sultan Rakyat Allah (Raja VII).
1660 – 1663, masa pemerintahan Raden Bagus dengan gelar Sultan Amrullah Bagus Kasuma (Raja VIII).
1660, diadakan perjanjian perdamaian antara Belanda dan Banjar; Pangeran Dipati Tuha bin Sultan Saidullah mengamankan wilayah Tanah Bumbu dari pendatang. [4]
1663 – 1679, masa pemerintahan Pangeran Suryanata II degan gelar Sultan Agung.
1664, perubahan nama Banjarmasih menjadi Banjarmassingh (dialek Belanda).
1668, Portugis mendatangkan pendeta Katolik bernama Jentigmilia ke wilayah Kesultanan Banjarmasin.

Tahun 1680-1858
1680–1700, masa pemerintahan Sultan Tahlilullah/Amrulllah Bagus Kusuma kembali.
1700–1734, masa pemerintahan Sultan Hamidullah/Ilhamidullah.
1734-1759, masa pemerintahan Sultan Tamjidillah I di Martapura.
1734, Puana Dekke meminjam tanah di wilayah Tanah Kusan kepada Sultan Tamjidullah I yang dinamakan kampung Pagatan, kemudian Sultan Sulaiman menganugerahi gelar kapitan (panglima) kepada Hasan La Pangewa, yaitu Kapitan Laut Pulo sebagai raja pertama Kerajaan Pagatan.
1759–1761, masa pemerintahan Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah dengan gelar Sultan Muhammadillah.
1761–1801, masa pemerintahan Sultan Tahmidullah II/Sunan Nata Alam
1780, Ratu Intan I menjabat Raja negeri Cantung dan Batulicin, sedangkan Pangeran Prabu menjadi raja negeri Sampanahan, Bangkalaan, Manunggul dan Cengal serta Pangeran Layah menjadi raja negeri Buntar Laut.[4]Kota Banjarmasin di bawah otoritas Pangeran Dupa, putera tertua Sultan Banjar[6]
14 Mei 1787, Pangeran Amir (raja Kusan, kakek Pangeran Antasari) menyerang Martapura dengan tentara Bugis, namun ditangkap Belanda, selanjutnya diasingkan ke Srilangka.
13 Agustus 1787, Sultan Tamjidullah I membuat kontrak perjanjian dengan VOC-Belanda.
1801–1825, masa pemerintahan Sultan Sulaiman Saidullah.
1815–1816, Inggris menguasai Maluka, Liang Anggang, Kurau dan Pulau Lamai (yang kelak dinamakan Distrik Maluka), dibawah Alexander Here yang menjadi Resident-commissioner sejak 1812.[7]
1825–1857, masa pemerintahan Sultan Adam al-Watsiqu billah.
1825, bulan Juli, Raja Tanah Bumbu Pangeran Aji Jawi membuat kontrak politik dengan Hindia Belanda.
1826, Sultan Adam membuat kontrak perjanjian dengan Hindia Belanda.
1832, Pangeran Haji Musa menjabar raja Batulicin (1832-1840), raja Bangkalaan (1838-1840).
1835, 15 Muharam 1251 H, pemberlakuan Undang-Undang Sultan Adam (UUSA 1835).
1835, Zending dari Jerman mulai bekerja di selatan Kalimantan.[8]
1841, Pangeran Mangku Bumi (Gusti Ali) menjabat raja Sampanahan.
1852, pengangkatan Pangeran Tamjidillah II sebagai Sultan Muda, merangkap Mangkubumi yang sudah dijabatnya sebelumnya menggantikan Ratu Anom Mangku Bumi Kencana.
30 April 1856, Belanda menerima konsesi tambang batu bara yang ditandatangani Sultan Adam.
9 Oktober 1856, Pengangkatan Pangeran Hidayatullah sebagai Mangkubumi, sedangkan Sultan Muda tetap Pangeran Tamjidillah II.
1 November 1857, Sultan Adam wafat.
3 November 1857 – 25 Juni 1859, masa pemerintahan Sultan Tamjidillah II yang disetujui Belanda sebagai raja Banjar.
3 November 1857, pertemuan rencana perang melawan Belanda di Martapura, antara Pangeran Hidayatullah, Pangeran Prabu Anom dan Nyai Ratu Kamala Sari (permaisuri Sultan Adam).
23 Februari 1858, Pangeran Prabu Anom (anak Sultan Adam) dibuang ke Bandung.
September 1858, Tumenggung Jalil tidak mau lagi membayar pajak kepada Belanda.

Tahun 1859
2 Februari 1859, kedatangan bantuan tentara Belanda dengan Kapal Arjuna, namun 3 hari kemudian dipulangkan lagi ke Batavia.
Februari 1859, Ratu Kemala Sari dan anak-anaknya menyerahkan kerajaan dengan Pangeran Hidayatullah.
28 April 1859, pecahnya Perang Banjar, Pasukan Antasari dengan 300 prajurit menyerang tambang batubara milik Belanda di Pengaron. Serangan di Marabahan, Gunung Jabuk dan Tabanio, dipimpin Demang Lehman, H. Buyasin dan Kyai Langlang. Serangan di Pulau Petak, Pulau Telo dan disepanjang Sungai Barito, dipimpin Tumenggung Surapati dan Pambakal Sulil. Sweeping di Banua Lima, dipimpin Tumenggung Jalil, Pambakal Gafur, Duwahap, Dulahat dan Penghulu Abdul Gani serta serangan terhadap Kapal Cipanas di Martapura.
29 April 1859, tambang batu bara Oranye Nassau diserbu.
1 Mei 1859, pasukan Antasari menyerang tambang batu baru Juliana Hermina, serangan di Kalangan, Banyu Irang dan Bangkal dipimpin Pangeran Arya Ardi Kesuma.
Juni 1859, pertempuran di Sungai Besarah dipimpin Pambakal Sulil.
8 Juni 1859, Belanda mengumumkan keadaan darurat perang.
12 Juni 1859, bantuan tentara Belanda datang dengan Kapal Arjuna, Celebes, Montrado, Bone dan van Os.
14 Juni 1859, pertemuan Pangeran Hidayat dengan Andressen, namun buntu.
15 juni 1859, Sweeping oleh Belanda di Martapura.
17 Juni 1859, pertempuran di Sungai Raya.
25 Juni 1859, Sultan Tamjidillah II dimakhzulkan oleh Belanda, terjadi pertempuran di Cempaka.
30 Juni 1859, serangan ke Martapura dipimpin Demang Lehman, 10 pejuang gugur.
Juli 1859, tenggelamnya Kapal Cipanas di Pulau Kanamit.
16 Juli 1859, Sultan Tamjidillah II dan Pangeran Adipati Panoto Negoro Adiprojo di buang ke Jawa.
Agustus 1859, serangan ke Banjarmasin dipimpin Kyai Mangun Karsa, pertempuran di benteng Tabanio, dipimpin Demang Lehman dan H. Buyasin.
September 1859, pertemuan Pangeran Hidayat dengan panglima-panglima, Pangeran Hidayat dinobatkan menjadi Raja.
27 September 1859, pertempuran di Gunung Lawak, dipimpin Demang Lehman, Aminullah, Antaludin dan Ali Akbar.
28 September 1859, bantuan tentara Belanda dari Surabaya.
13 November 1859, Verspyck mengeluarkan ultimatum agar Pangeran Hidayatullah menyerah dalam 20 hari.
14 November 1859, gugurnya Pambakal Sulil di Sungai Basarah.
23 Desember 1859, pertempuran di Kuala Kapuas oleh suku Dayak.
26 Desember 1859, tenggelamnya Kapal Onrust oleh Tumenggung Surapati di Lontontour.
Desember 1859, Tumenggung Antaluddin bersama dengan Demang Lehman, Pangeran Aminullah, Kusin dan Ali Akbar, mempertahankan Benteng Munggu Tayur.

Tahun 1860
2 Januari 1860, serangan terhadap Kapal van Os di Pulau Petak
9 Februari 1860, serangan terhadap Kapal Suriname di Lontontour hingga mengalami kerusakan dan pertempuran Masjid Amuntai.
22 Februari 1860, serangan terhadap Kapal Montrado di Lontontour.
31 Maret 1860, penyerbuan Benteng Amawang, dipimpin Demang Lehman.
18 Maret 1860, pertempuran di Pamangkih, Walangku, Kasarangan, Pantai Hambawang, Barabai dan Aluan.
15 Mei 1860, pertempuran di Tanjung, dipimpin Tumenggung Jalil.
11 Juni 1860, Kesultanan Banjar dihapuskan secara sepihak oleh Belanda dengan proklamasi yang ditandatangani Residen Surakarta FN. Nieuwenhuijzen yang merangkap Komisaris Pemerintah Belanda untuk Daerah Afdeeling Kalimantan Selatan-Timur.
9 Agustus 1860, serangan terhadap Benteng Kelua, dipimpin Pangeran Antasari.
17 Agustus 1860, Pangeran Antasari mendirikan Benteng Tabalong.
27 Agustus 1860, serangan di Martapura dipimpin Pangeran Muda.
September 1860, pertempuran di Rumpanang dan Tambarangan, dipimpin Singa Jaya.
3 September 1860, Pertempuran Benteng Madang pertama, dipimpin Demang Lehman dan Tumenggung Antaludin.
4 September 1860, pertempuran Benteng Madang kedua.
13 September 1860, pertempuran Benteng Madang ketiga.
15 September 1860, pertempuran di Sungai Malang, Amuntai, dipimpin H. Abdullah.
18 September 1860, pertempuran Benteng Madang keempat.
22 September 1860, pertempuran Benteng Madang kelima.
13 Oktober 1860, pertempuran Benteng Batu Mandi, dipimpin Tumenggung Jalil.
17 Oktober 1860, pertempuran di Jati, dipimpin Kyai Jayapati.
25 Oktober 1860, pertempuran di Bulanin, dipimpin Demang Lehman.
27 Oktober 1860, pertempuran di Jati lagi, dipimpin Kyai Jayapati dan Demang Jaya Negara Seman.
November 1860, pertempuran di masjid Jati, dipimpin Tumenggung Diparaksa.
1 November 1860, Belanda mendinamit bangkai Kapal Onrust di Lontontour.

Tahun 1861

24 Februari 1861, pertempuran di Amalang dan Maleno, dipimpin Demang Lehman dan Guna Wijaya.
3 Maret 1861, pertempuran di Rantau, dipimpin Jaya Warna.
19 Maret 1861, pertempuran di Karang Intan, dipimpin Tumenggung Gamar.
21 April 1861, Pertempuran benteng Amawang, 2 tahun Perang Banjar, dipimpin Tumenggung Antaludin dan Demang Lehman, tewasnya Von Ende.
23 April 1861, serangan di Bincau.
April 1861, penangkapan dan hukuman mati untuk Pangeran Kasuma Ningrat (paman Pangeran Hidayat), Kyai Nakut dan Pambakal Mataminserta pertempuran di Binuang, Tumpakan Mati, Karang Jawa, Kandangan dan Nagara.
4 Mei 1861, pertempuran Paringin antara pasukan Antasari melawan Belanda.
13 Mei 1861, pertempuran di Gunung Wowong, Karau, Dayu dan Sihong.
16 Mei 1861, serangan di Paringin, dipimpin H. Dulgani.
18 Mei 1861, pertempuran di Pagat.
27 Mei 1861, pertempuran di Barabai, dipimpin Gusti Wahid.
Mei 1861, pertempuran di Martapura, Tanah Laut, Rantau, Kandangan, Barabai, Amuntai, Paringin, Tabalong dan daerah Barito.
10 Juni 1861, pertempuran di Gunung Kupang, Awang Bangkal dan Batu Mahalon.
18 Juni 1861, serangan awal di Martapura.
19 Juni 1861, pertempuran di Gunung Pamaton, dipimpin Pangeran Hidayatullah.
20 Juni 1861, pertempuran di Kuala Tambangan, dipimpin Tumenggung Gamar.
22 Juni 1861, serangan di Mataraman dan Suwatu, dipimpin Pambakal Mail dan Tumenggung Buko.
3 Juli 1861, serangan di benteng Barabai, dipimpin Raksa Yuda.
18, 22, 24 Juli 1861, pertempuran di Buntok.
Agustus 1861, pertempuran di Gunung Pamaton dan Gunung Halau-halau, dipimpin Tumenggung Antaludin dan Kiai Cakrawati (Galuh Sarinah).
1 Agustus 1861, pertempuran di benteng Limpasu, tewasnya Letnan Hoyyel.
10 Agustus 1861, pertempuran di benteng Pagger, dipimpin Pangeran Singa Terbang.
2 September 1861, pertempuran di benteng Batu Putih, gugurnya Pangeran Singa Anum dan Gusti Matali.
24 September 1861, gugurnya Tumenggung Jalil pada pertempuran Benteng Tundakan.
2 Oktober 1861, Demang Lehman masuk Martapura menemui Regent Martapura.
6 oktober 1861, Demang Lehman ke Banjarmasin berunding dengan Resident Verpyck, perundingan secara empat mata, selesai perundingan rombongan kembali ke Martapura.
8 Oktober 1861, pertempuran di Habang dan Kriniang, dipimpin H. Badur.
18 Oktober 1861, pertempuran di Banua Lawas dipimpin H. Badur.
Oktober 1861, pertempuran di Banua Lawas dan Teluk Pelaeng, gugur 18 orang.
6 November 1861, pertempuran di Pelari, dipimpin Pangeran Antasari dan Tumenggung Surapati.
8 November 1861, pertempuran di Gunung Tungka dipimpin Pangeran Antasari, Tumenggung Surapati dan Gusti Umar, tewasnya Kapten Van Vloten.
9 November 1861, serangan di Teluk Selasih, tewasnya Regent Amuntai.
25 Nopember 1861, pertemuan Pangeran Hidayatullah dengan Demang Lehman dan diputuskan Pangeran Hidayatullah menemui Ibu Ratu Siti di Martapura.
November 1861, pertempuran di Gunung Marta Niti Biru dan Kria Wijaya Bepintu, dipimpin Kyai Karta Nagara.
5 Desember 1861, pertempuran di Jatuh dipimpin Penghulu Muda, tewasnya Opsir Koch.
15 Desember 1861, pertempuran di Banua Lawas, tewasnya Letnan Ajudan I Cateau van Rosevelt.
16 Desember 1861, terbunuhnya Kontrolir Fujick di Margasari dan Letnan Croes juga tewas di Sungai Jaya, oleh Tagab Obang.

Tahun 1862-1905
28 Januari 1862, Pangeran Hidayatullah dan Ratu Siti masuk Martapura, berdiam di rumah Residen Martapura.
30-31 Januari 1862, perundingan antara Pangeran Hidayatullah dengan Regent Letnan Kolonel Verpyck di pendopo rumah Asisten Resident, Pangeran Hidayatullah tertipu oleh janji Belanda.
3 Februari 1862, Pangeran Hidayatullah menuju ke Pasayangan.
4 Februari 1862, Pangeran Hidayatullah meninggalkan Pasayangan menuju Pamaton serta Masjid Pasayangan yang berumur 140 tahun dibakar Belanda.
22 Februari 1862, tertangkapnya Ratu Siti serta dibawanya Pangeran Wira Kasuma ke Banjarmasin.
28 februari 1862, Pangeran Hidayatullah masuk Martapura menemui Ratu Siti di pendopo Regent Martapura.
3 Maret 1862, Pangeran Hidayatullah dibawa dengan Kapal Bali menuju Batavia, dikawal Kontrolir Kuin Letnan Verstege.
14 Maret 1862 (13 Ramadhan 1278 H), Pangeran Antasari di dinobatkan sebagai Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin, sebagai kepala pemerintahan, pemimpin agama, dan panglima tertinggi pengganti Sultan Banjar.
11 Oktober 1862, wafatnya Pangeran Antasari di Tanah Kampung Bayan Begok Sampirang, Murung Raya.
1862 – 1905, masa pemerintahan Sultan Muhammad Seman.
19 Oktober 1863, tertangkapnya Sultan Kuning.
1864, serangan Tumenggung Surapati di Muara Teweh dan Montalat.
27 Februari 1864, Demang Lehman dihukum gantung di lapangan Martapura, ketika tertangkap ia memegang pusaka Keris Singkir dan Tombak Kalibelah.
1865, Penghulu Rasyid gugur di Kelua, Tumenggung Naro gugur di Gunung Kayu, Balangan.
26 Januari 1866, H. Buyasin gugur.
1867, serangan Tagap Kurdi di Amuntai.
1870, serangan Panglima Wangkang di Marabahan dan Banjarmasin.
1875, wafatnya Tumenggung Surapati karena sakit.
1883, serangan Sultan Muhammad Seman di Tanjung, Amuntai dan Balangan.
1 Juli 1883, serangan di Lampihong.
1885, ditangkapnya Pangeran Perbatasari di Pahu, Kutai, kemudian ia dibuang ke Kampung Jawa Tondano, Minahasa.
1886, serangan Tumenggung Gamar di Tanah Bumbu.
1899, Residen C.A Kroesen memimpin Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo.
1899, peristiwa Amuk Hantarukung dipimpin Bukhari
1904, wafatnya Pangeran Hidayatullah di Cianjur serta dibuangnya Gt. Muhammad Arsyad ke Bogor.
1906, dibuangnya Ratu Zaleha ke Bogor, berkumpul bersama suaminya (Gt. Muhammad Arsyad).
24 Januari 1905, Sultan Muhammad Seman, putra Pangeran Antasari gugur melawan Belanda di benteng Baras Kuning.
24 Agustus 1905, Panglima Batur ditangkap di Muara Teweh.


Masa Perang Kemerdekaan

Tahun 1915-1944
1915, Sarekat Islam mendirikan Madrasah Darussalam di Martapura.
1919, Banjarmasin mendapat otonom pemerintahan menjadi Gemeente Bandjermasin.
1923, National Borneo Congres ke-1.
29-31 Maret 1924, National Borneo Congres ke-2, dihadiri wakil-wakil Perserikatan Dayak dan Sarekat Islam lokal.
1927, pemberontakan di Tabalong, dipimpin Darmawi atas kerja paksa.
5 Maret 1930, keluarnya ketetapan nomor 253 dan 254 tentang berdirinya cabang Muhammadiyah di Banjarmasin dan Alabio.
1937, kembalinya Ratu Zaleha dari pembuangan ke Martapura serta pemberontakan Hariang, sehingga Kepala Distrik Kyai Masdhulhak tewas.
1938 – 1942, masa Gubernur Borneo dr. A. Haga.
1938: Hindia Belanda mendirikan tiga provinsi atas eilandgewest yaitu Sumatera beribukota di Medan, Borneo beribukota di Banjarmasin, dan Timur Besar beribukota di Makassar.[9]
25 Desember 1941, Jepang membom Lapangan Terbang Ulin
21 Januari 1942, Jepang menembak jatuh pesawat Catalina milik Belanda di sungai Barito perairan Alalak, Barito Kuala.
8 Februari 1942, Jepang memasuki Muara Uya, Tabalong, Gubernur Haga mengungsi ke Kuala Kapuas menuju Puruk Cahu, Murung Raya.
10 Februari 1942, tentara Jepang memasuki Banjarmasin, sejak 6 Februari 1942 pemerintahan kota sudah vacuum.
Februari 1942, dengan persetujuan walikota Banjarmasin H. Mulder dibentuk Pimpinan Pemerintahan Civil (PPC), diketuai Mr. Rusbandi, sebagai pemerintahan sementara.
12 Februari 1942, tentara Jepang mengeluarkan maklumat kota Bajarmasin dan daerahnya diserahkan kepada PPC (Pimpinan Pemerintahan Civil).
5 Maret 1942, A.A. Hamidhan menerbitkan surat kabar Kalimantan Raya.
17 Maret 1942, Gubernur A. Haga menyerah dengan Jepang di Puruk Cahu, kemudian ditahan di Benteng Tatas.
18 Maret 1942, Kiai Pangeran Musa Ardi Kesuma ditunjuk Jepang sebagai Ridzie, penguasa penuh dan tertinggi pemerintah sipil, meliputi wilayah Banjarmasin, Hulu Sungai dan Kapuas-Barito, (Dayak Besar).

Tahun 1945
17 April 1945, rakyat Banjarmasin mulai diwajibkan memberi hormat dengan membungkukkan badan kepada setiap tentara Jepang, baik yang naik sepeda, mobil dan sebagainya.
6 Mei 1945, pembentukan TRI pasukan MN 1001, MKTI (MN adalah singkatan dari Muhammad Noor).
18 Agustus 1945, pemerintahan Sukarno-Hatta menunjuk Ir. H. Pangeran Muhammad Noor sebagai gubernurKalimantan.
23 Agustus 1945, berdirinya organisasi kelaskaran GEMIRI (Gerakan Rakyat Mempertahankan Republik Indonesia) di Kandangan, Hulu Sungai Selatan.
Agustus 1945, berdirinya organisasi kelaskaran Badan Pemberontak Rakyat Kalimantan di Kandangan, Hulu Sungai Selatan.
23 September 1945, berdirinya organisasi kelaskaran Pasukan Berani Mati di Alabio, Hulu Sungai Utara.
November 1945, berdirinya organisasi kelaskaran Laskar Syaifullah di Haruyan, Hulu Sungai Tengah.
9 November 1945, pertempuran di Banjarmasin melawan Sekutu.
20 November 1945, berdirinya organisasi kelaskaran Gerakan Rakyat Pengajar/Pembela Indonesia Merdeka di Amuntai, Hulu Sungai Utara.
1945, berdirinya organisasi kelaskaran GERPINDOM (Gerakan Pemuda Indonesia Merdeka) di Birayang, Hulu Sungai Tengah, Barisan Pelopor Pemberontakan (BPPKL) di Martapura dan Banteng Borneo di Kota Rantau, Tapin serta Laskar Hasbullah di Martapura, Pelaihari, Rantau dan Hulu Sungai.
30 Oktober 1945, penyusupan Hasan Basry dan kawan-kawan dari Surabaya dengan kapal Bintang Tulen.
5 - 7 Desember 1945, Pertempuran Marabahan di Barito Kuala.

Tahun 1946-1949
24 September 1946, penangkapan laskar Saifullah oleh Belanda di Kandangan pada saat pasar malam.
18 November 1946, pembentukan Batalyon TNI AL RI DIVISI IV (A) oleh Hasan Basry dengan melebur Banteng Indonesia dan organisasi kemiliteran lainnya.
Mei 1947, pertempuran di Hambawang Pulasan, Barabai, dipimpin H. Aberanie Sulaiman, 48 serdadu Belanda tewas sedangkan 1 orang pejuang gugur, yaitu Made Kawis.[10]
3 Juli 1948, Belanda melantik Dewan Banjar. [11]
18 Juli 1948, peristiwa pertempuran di Wawai, 16 orang pejuang gugur.
Agustus 1948, pertempuran di Hambawang Pulasan, dekat Barabai dipimpin Aliansyah.
21 Desember 1948, pertempuran Hawang, Hulu Sungai Tengah.
2 Januari 1949, pertempuran di Negara di Hulu Sungai Selatan, (Palagan Nagara).
7 Januari 1949, pembentukan Panitia Persiapan Proklamasi Kalimantan, dengan ketua H. Aberanie Sulaiman.
6 Februari, pertempuran Pagatan di Tanah Bumbu.
14 Februari 1949, pertempuran di Batu Tangga, Birayang, 2 orang pejuang gugur.
15 April 1949, Pertempuran Batakan di Tanah Laut.
15 Mei 1949, perumusan teks proklamasi di Telaga Langsat, dipimpin H. Aberanie Sulaiman.
16 Mei 1949, penandatanganan teks proklamasi Kalimantan di Ni'ih oleh Hasan Basry.
17 Mei 1949, Proklamasi Gubernur Tentara AL RI DIVISI IV (A) Pertahanan Kalimantan oleh Letkol. Hasan Basry (Pahlawan Nasional).
3 Juni 1949, Pertempuran Serangan Umum Kota Tanjung di Tabalong.
8 Agustus 1949, Pertempuran Garis Demarkasi di Karang Jawa.
2 September 1949, perundingan antara TNI AL RI DIVISI (A), yaitu Hasan Basry dengan Belanda diwakili Mayor Jenderal Suharjo dan UNCI sebagai penengah di Munggu Raya, Kandangan.
2 September 1949, pengakuan Angkatan Perang Republik Indonesia terhadap TNI AL RI DIVISI (A) sebagai bagian dari angkatan perang dan mengangkat Hasan Basry sebagai Komandan Batalyon dengan pangkat Letnan Kolonel.
1 November 1949, peleburan TNI AL RI DIVISI (A) ke dalam TNI Angkatan Darat Divisi Lambung Mangkurat dengan panglima Letkol Hasan Basry dan Kepala Staf Mayor H. Aberani Sulaiman.


Masa Pembangunan


Tahun 1950-1965
4 April 1950, penghapusan daerah Banjar, Dayak Besar dan Kalimantan Tenggara dari Republik Indonesia Serikat, kemudian dimasukkan ke dalam Republik Indonesia Yogyakarta.
01 Juni 1950, pembentukan Kabupaten Kotabaru.
29 Juni 1950, Kepmendagri No. C/17/15/3 wilayah Kalimantan dibagi menjadi 6 Kabupaten Administratif dan 3 Swapraja. Salah satunya Afdeeling Van Hoeloe Soengai dibentuk menjadi Kabupaten Hulu Sungai dangan ibukota Kandangan.
14 Agustus 1950, pembentukan Propinsi Kalimantan serta pembentukan Kabupaten Banjar.
14 Agustus 1950 – 1953, masa Gubernur dr. Moerdjani.
2 Desember 1950, pembentukan Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dengan Bupati Syarkawi.
2 Mei 1952, berdirinya Kabupaten Amuntai.
1953–1955, masa Gubernur Mas Subardjo.
14 Januari 1953, perubahan nama Kabupaten Amuntai menjadi Kabupaten Hulu Sungai Utara.
2-3 September 1953, musyawarah tokoh-tokoh untuk pembentukan Kabupaten Barabai.
24 September 1953, wafatnya Ratu Zaleha, putri Sultan Muhammad Seman, sebelumnya diasingkan ke Cianjur.
11 Januari 1954, turun gunungnya Bulan Jihad (sahabat Ratu Zaleha) dari pedalaman Kalimantan.
4 April 1954, pembentukan Panitia Penuntutan Kabupaten Barabai di rumah Asisten Wedana Abdul Muis Ridhani, ditunjuk sebagai ketua adalah A. Zaini.
1955–1957, masa Gubernur Raden Tumenggung Arya Milono.
7 Desember 1956, terbentuknya Provinsi Kalimantan Selatan, yaitu gabungan dari Kotawaringin, Dayak Besar, Daerah Banjar dan Federasi Kalimantan Tenggara.
1957–1959, masa Gubernur Syarkawi.
23 Mei 1957, wilayah Kotawaringin dan Dayak Besar membentuk provinsi Kalimantan Tengah.
1958, musyawarah masyarakat Tapin di Balai Rakyat menghasilkan Badan Musyawarah Penuntut Kabupaten Tapin, yang diketuai H Isbat
15 Maret 1958, pembentukan Panitia Penuntutan Kabupaten Tabalong dengan ketua Juhri.
11 November 1958, pengangkatan kerangka Pangeran Antasari di Bayan Begak, Puruk Cahu untuk dimakamkan di Kompleks Makam Pahlawan Perang Banjar di Banjarmasin.
1959 – 1963, masa Gubernur Maksid.
24 Desember 1959, pembentukan Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
4 Januari 1960, pembentukan Kabupaten Barito Kuala.
22 Agustus 1960, pembekuan kegiatan PKI dan ormasnya oleh Kepala Penguasa Perang Daerah Kalimantan Selatan, Brigjen Hasan Basry.
3 Juni 1961, pembentukan Panitia Penuntutan Kabuapaten Tanah Laut (Panitia 17) dengan ketua Soeparjan.
1-2 Juli 1961, musyawarah besar Tanah Laut menghasilkan pembentukan Panitia Penyalur Hasrat Rakyat Tuntutan Daswati II Tanah Laut yang diketuai H.M.N. Manuar.
1963–1963, masa Gubernur Abu Jahid Bustami.
1963–1968, masa Gubernur Aberani Sulaiman.
30 November 1965, pembentukan Kabupaten Tapin.
1 Desember 1965, pembentukan Kabupaten Tabalong.
2 Desember 1965, pembentukan Kabupaten Tanah Laut.

Tahun 1968-2010
1968–1970, masa Gubernur Jasmani.
23 Maret 1968, pemberian Gelar Pahlawan Nasional untuk Pangeran Antasari.
1970–1980, masa gubernur Subarjo Sosroroyo.
10 November 1974 - Oktober 1979, pembangunan Masjid Raya Sabilal Muhtadin.
15 Januari 1979, wafatnya Ir. Pangeran M. Noor, Gubernur Kalimantan pertama dimakamkan di Jakarta.
1980–1984, masa Gubernur Mistar Cokrokusumo.
1984–1995, masa Gubernur Ir. H.M. Said.
15 Juli 1984, wafatnya Brigjen Hasan Basry, dimakamkan di Liang Anggang, Banjarbaru.
10 November 1991, peresmian Museum Wasaka oleh Gubernur Kalimantan Selatan Ir. H. Muhammad Said.
23 April 1997, peresemian Jembatan Barito oleh Presiden Soeharto.
23 Mei 1997, peristiwa Jum'at Kelabu di Banjarmasin, kampanye pemilu yang berakhir kerusuhan bernuansa SARA/partai.
1995–2000, masa Gubernur Gusti Hasan Aman.
2000–2005, masa Gubernur Syahriel Darham.
20 April 2000, pembentukan Kota Banjarbaru.
3 November 2001, pemberian gelar Pahlawan kemerdekaan untuk Brigjen Hasan Basry.
15 Desember 2004, banjir besar di Amuntai, korban mencapai 200 jiwa.
8 April 2006, pembentukan Kabupaten Balangan dan Tanah Bumbu.
21 Desember 2006, peresmian Taman Siring di sempadan Sungai Martapura dengan panjang 320 meter.
2005-2010, masa Gubernur Rudy Ariffin - H.M. Rosehan NB.
25 April 2008, peresmian Jembatan Rumpiang oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono di Barito Kuala.
Oktober 2008, dimulainya pembangunan runway Bandara Syamsudin Noor menuju Bandara Internasional.
11 Februari 2009, pemancangan tiang pembangunan Kantor Gubernur di Banjarbaru.
26 Februari 2009, dimulainya pembangunan PLTU di Asam-asam dengan kekuatan 2 x 65 megawatt.
27 Mei 2009, pembukaan alur Sungai Barito bebas dari lumpur untuk jalur pelayaran dan pelabuhan.
2010-2015, masa Gubernur Rudy Ariffin - Rudy Resnawan.
1 Januari 2010, pemberlakuan Perda Pendidikan Al Qur'an bagi seluruh jenjang sekolah di Kalimantan Selatan.
24 Juli 2010, pemberian gelar Pangeran kepada Ir. Gt. Khairul Saleh sebagai keputusan Musyawarah Tinggi Adat Banjar.
12 Desember 2010, penobatan Ir. Gt. Khairul Saleh sebagai Raja Muda Keseultanan Banjar dengan gelar Pangeran Khairul Saleh.



Kondisi dan Sumber Daya Alam


Keanekaragaman Hayati
Flora Resmi: Kasturi (Mangifera casturi)
Fauna Resmi: Bekantan (Nasalis larvatus)

Sumber Daya Alam

Kawasan hutan di daerah ini meliputi:
Hutan tetap seluas 139.315 ha
Hutan produksi seluas 1.325.024 ha
Hutan lindung seluas 139.315 ha
Hutan konvensi seluas 348.919 ha

Sementara areal perkebunan meliputi:
Perkebunan negara seluas 229.541 ha

Bahan-bahan galian yang ada di daerah ini antara lain:
Batu bara
Minyak bumi
Pasir kuarsa
Biji besi

Sosial Kemasyarakatan

Suku Bangsa
Kelompok etnik di Kalimantan Selatan menurut Museum Lambung Mangkurat, antara lain:

Orang Banjar Kuala, di daerah Banjarmasin sampai Martapura
Orang Banjar Batang Banyu, di daerah Margasari sampai Kelua
Orang Banjar Pahuluan, di daerah Tanjung sampai Pelaihari (luar Martapura)
Suku Barangas, di daerah Berangas, Ujung Panti, Lupak, Aluh Aluh
Suku Bakumpai, di daerah Bakumpai, Marabahan, Kuripan, Tabukan
Suku Maanyan, di daerah Dayak Warukin, Pasar Panas, Dayak Balangan,Dayak Samihim
Suku Abal, di daerah Kampung Agung sampai Haruai
Suku Dusun Deyah, di daerah Muara Uya, Gunung Riut, Upau
Suku Lawangan, di daerah Muara Uya Utara
Suku Bukit, di daerah Awayan (Dayak Pitap), Haruyan, Hantakan, di daerah Loksado, Piani, Paramasan, Bajuin, Riam Adungan, Sampanahan, Hampang
Orang Madura Madurejo, di daerah Pengaron, Mangkauk
Orang Jawa Tamban, di daerah Purwosari
Orang Cina Parit, di daerah Pelaihari
Suku Bajau, di daerah Kotabaru, Tanjung Batu
Orang Bugis Pagatan, di daerah Pagatan
Suku Mandar, di daerah pulau Laut dan pulau Sebuku

Delapan etnik terbanyak di Kalimantan Selatan (dalam sensus belum disebutkan beberapa suku kecil yang merupakan penduduk asli), yaitu:[14]
Nomor↓ Suku Bangsa↓ Jumlah↓
1 Suku Banjar 2.271.586
2 Suku Jawa 391.030
3 Suku Bugis 73.037
4 Suku Madura 36.334
5 Suku Bukit (Dayak Meratus) 35.838
6 Suku Mandar 29.322
7 Suku Bakumpai 20.609
8 Suku Sunda 18.519
9 Suku-suku lainnya 99.165

Kelompok etnik berdasarkan urutan keberadaannya di Kalimantan Selatan adalah:
Austrolo-Melanosoid (sudah punah)
Dayak (rumpun Ot Danum)
Suku Dayak Bukit
Suku Banjar (1526)
Suku Bajau, Suku Bugis (1750) dan Suku Mandar
Suku Jawa dan Suku Madura
Etnis Tionghoa-Indonesia dan Etnis Arab-Indonesia
Etnis Eropa (1860-1942), umumnya sudah kembali ke Eropa



Seni dan Budaya
Bahasa Daerah

Bahasa Melayu Lokal:
Bahasa Banjar (bjn)
Dialek Banjar Hulu
Dialek Banjar Kuala
Bahasa Barangas)
Bahasa Melayu Bukit (bvu)
Bahasa Barito
Barito Barat
Barito Barat bagian Selatan:
Bahasa Bakumpai (bkr)
Barito Timur
Barito Timur bagian Utara:
Bahasa Lawangan-Pasir(lbx)
Barito Timur bagian Tengah dan Selatan
Bagian Tengah:
Bahasa Dusun Deyah (dun)
Bagian Selatan:
Bahasa Maanyan (mhy)



Pemerintahan

Daftar Kabupaten dan Kota
Kantor Gubernur Kalimantan Selatan dengan motif Rumah Bubungan Tinggi. Kawasan ini dahulu lokasi rumah Residen Belanda yang dinamakan Kampung Amerongan
Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan dibagi menjadi 11 kabupaten dan 2 kota, yaitu:
No. Kabupaten/Kota Ibu kota Jumlah Kecamatan Jumlah Desa
1 Kabupaten Balangan Paringin 8 152
2 Kabupaten Banjar Martapura 19 288
3 Kabupaten Barito Kuala Marabahan 17 200
4 Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kandangan 11 148
5 Kabupaten Hulu Sungai Tengah Barabai 11 169
6 Kabupaten Hulu Sungai Utara Amuntai 10 219
7 Kabupaten Kotabaru Kotabaru 20 197
8 Kabupaten Tabalong Tanjung 12 131
9 Kabupaten Tanah Bumbu Batulicin 10 135
10 Kabupaten Tanah Laut Pelaihari 11 135
11 Kabupaten Tapin Rantau 12 131
12 Kota Banjarbaru Banjarbaru Kota 5 50
13 Kota Banjarmasin Banjarmasin 5 20

Dewan Perwakilan DaerahAnggota Dewan Perwakilan Daerah yang berasal dari Kalimantan Selatan adalah:
Gusti Farid Hasan Aman
Adhariani
Habib Hamid Abdullah
Mohammad Sofwat Hadi




Seni dan Budaya

Seni Karawitan:
Gamelan Banjar
Musik Panting (suku Banjar)
Musik Kangkurung/Kukurung (suku Dayak Bukit)
Musik Bumbung
Musik Kintung
Musik Kangkanong
Musik Salung
Musik Suling
Musik Bambang
Musik Masukkiri (suku Bugis)

Teater tradisional dan wayang
Mamanda (teater tradisional suku Banjar)
Lamut (suku Banjar)
Madihin (suku Banjar)
Wayang Kulit Banjar (suku Banjar)
Wayang Gung (wayang orang suku Banjar)
Balian(suku Dayak Bukit)

Tarian
Tarian suku Banjar:
Baksa Kambang
Radap Rahayu
Kuda Gepang
Tarian suku Banjar lainnya
Tarian Suku Dayak Bukit:
Tari Tandik Balian
Tari Babangsai (tarian ritual, penari wanita)
Tari Kanjar (tarian ritual, penari pria)

Lagu
Lagu Daerah suku Banjar antara lain:
Ampar-ampar Pisang
Sapu Tangan Babuncu Ampat
Paris Barantai
Lagu daerah Banjar lainnya

Rumah Adat
Rumah Adat Suku Banjar disebut Rumah Bubungan Tinggi
Rumah Adat Suku Dayak Bukit disebut Balai

Pakaian Adat
Lihat pula: Busana Pengantin Banjar
Pakaian Pengantin Suku Banjar ada 4 jenis, yaitu:
Pengantin Bagajah Gamuling Baular Lulut
Pengantin Baamar Galung Pancar Matahari
Pengantin Babaju Kun Galung Pacinan
Pangantin Babaju Kubaya Panjang
Pakaian Pemuda-pemudi ada 2 jenis, yaitu:
Pakaian Nanang
Galuh Banjar



PARIWISATA DAN PENINGGALAN SEJARAH

Banjarmasin
Komplek Makam Sultan Suriansyah
Komplek Makam Pangeran Antasari
Masjid Sultan Suriansyah
Pasar Terapung Muara Kuin
Festival Nanang dan Galuh Banjar
Museum Wasaka
Kubah Surgi Mufti
Kubah Basirih
Makam Ratu Zaleha

Banjarbaru
Museum Lambung Mangkurat
Pendulangan Intan Cempaka

Banjar
Mesjid Agung Al Karomah Martapura
Pusat Penjualan Batu Permata Cahaya Bumi Selamat Martapura
Pasar Terapung Lok Baintan
Makam Syekh Muhammad Arsyad Al Banjary Kelampaian
Taman Hutan Raya Sultan Adam Mandiangin
Lembah Kahung
Rumah Bubungan Tinggi Teluk Selong Ulu di Teluk Selong Ulu, Martapura Barat, Banjar
Rumah Gajah Baliku Teluk Selong Ulu di Teluk Selong, Martapura, Banjar.
Rumah Balai Bini Desa Teluk Selong Ulu di desa Teluk Selong Ulu, Martapura, Banjar.
Rumah Palimbangan Desa Pasayangan di Pasayangan, Martapura, Banjar.
Makam Datu Ambulung di Martapura, Banjar.
Masjid Jami Sungai Batang di Martapura, Banjar
Monumen ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan di Gambut, Banjar
Makam Sultan Adam di Kelurahan Jawa Martapura, Banjar
Makam Sultan Inayatullah di Kampung Keraton Martapura, Banjar
Makam Sultan Sulaiman Saidullah di Desa Lihung, Karang Intan, Banjar

Barito Kuala
Jembatan Barito
Jembatan Rumpiang
Pulau Kembang
Pulau Kaget
Makam Haji Japeri
Makam Panglima Wangkang di Marabahan, Barito Kuala
Rumah Bulat (Rumah Joglo Desa Penghulu) di desa Penghulu, Marabahan, Barito Kuala
Rumah Gajah Baliku Desa Penghulu
Makam Datuk Aminin

Hulu Sungai Selatan
Loksado (Wisata Alam Pegunungan dan Arung Jeram Balanting Paring (Bamboo Rafting), Balian)
Masjid Su'ada di Wasah Hilir
Benteng Gunung Madang di Sei Madang
Makam Haji Saadudin di Taniran
Makam Datu Patinggi Mandapai
Makam Tumpang Talu
Gedung Musyawaratutthalibin di Simpur
Rumah Bubungan Tinggi Desa Tibung di Kandangan
Rumah Bubungan Tinggi Desa Baruh Kambang di Negara, Daha Selatan
Rumah Bubungan Tinggi Desa Habirau di Daha Selatan
Rumah Perjuangan di Karang Jawa, Kandangan
Rumah Perjuangan di Durian Rabung
Rumah Bersejarah di Simpur
Monumen 17 Mei di Ni'ih
Tanuhi (Kolam Renang dan Pemandian Air Panas Alami)

Hulu Sungai Tengah
Wisata Pagat
Pemandian Air Panas Hantakan
Gua Liang Hadangan
Canting Langit
Wisata Lok Laga Haruyan
Masjid Keramat Pelajau
Makam 23 Pejuang
Makam Pangeran Kacil
Makam Tumenggung Jayapati
Maulid Nabi Muhammad
Taman Makam Pahlawan Pagat
Taman Makam Pahlawan Birayang

Hulu Sungai Utara
Candi Agung Amuntai di Paliwara
Masjid Jami Sungai Banar
Masjid Jami Assuhada
Masjid Basar Pandulangan

Tapin
Goa Batu Hapu
Candi Laras di Kecamatan Candi Laras Selatan
Masjid Al-Mukarromah di Banua Halat Kiri, Tapin
Makam Datu Sanggul di Tatakan
Masjid Gadung Keramat
Rumah Bubungan Tinggi Desa Lawahan

Kotabaru
Gunung Bamega
Makam Ratu Intan di Bakau, Pamukan Utara, Kotabaru
Kompleks Makam Raja-raja Kotabaru di Pulau Laut Utara

Tanah Laut
Gunung Kayangan
Pantai Takisung
Pantai Swarangan
Pantai Batakan
Benteng Tabanio
Makam Keramat Istana
Makam Datu Ingsat

Tanah Bumbu
Makam Syekh Haji Muhammad Arsyad
Makam Pangeran Agung

Tabalong
Masjid Pusaka dan Makam Penghulu Rasyid di Banua Lawas
Makam Gusti Buasan di Tabalong
Masjid Jami Puain Kanan di Tanta
Goa Babi di Desa Randu, Muara Uya
Makam Syekh Muhammad Nafis Al-Banjari di Kelua

Sumber: Wikipedia (http://id.wikipedia.org)